Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang sampai hari ini masih diberikan kesempatan kepada ruh ini tetap menyatu dengan jasad sehingga kita bisa beraktivitas dan melakukan berbagai kegiatan sebagai hambaNya.
Saudaraku, hari ini kita telah melalui satu rentetan waktu dari usia kita, pernahkah kita merenung dan sejenak berhenti untuk melihat kompas kita, menyesuaikan arah tujuan kita, apakah kita masih dalam rute perjalanan panjang kita dalam upaya menggapai keridhaanNya ataukah jalan ini adalah jalan yang keliru dan menghantarkan kita pada satu jurang dan keadaan yang sangat nista serta hina dihadapan Allah. Kadang kita merasa bahwa jalan hidup yang telah kita pilih adalah jalan yang paling benar dan sesuai dengan tujuan kita, bahkan terkadang kita merasa telah menunaikan kewajiban kita sebagai hambaNya, namun hal yang sesungguhnya kita masih teramat jauh dengan jalan kebenaran dan ajaran dari Allah, Rabb yang Maha mengetahui tentang ciptaanNya.
Suatu saat ketika satu petunjuk datang dan menyentuh hati kita, sebagai wujud kasih sayang Allah kepada hambaNya terkadang kita merasa canggung dan ragu untuk menerimanya, bisikan syetan merasuki perasaan kita sehingga mengubah petunjuk itu sebagai satu hal yang belum siap untuk diterima sehingga muncul ucapan dari mulut dan hati kita, “Benar ya Allah apa yang Engkau sampaikan melalui saudaraku, namun aku merasa belum sanggup untuk menunaikan itu semua, aku masih terlalu banyak kekurangan dan dosa, mungkin ketika tiba waktunya aku akan melaksanakan perintahMu secara sempurna dan menyambut seruanMu dengan segera”. Namun pernahkah kita tahu kapan petunjuk itu datang lagi ?, atau mungkin sebelum petunjuk itu datang kita telah dipanggil untuk mempertanggungjawabkan amal kita, status almarhum/mah telah kita sandang. Seharusnya kita bersegera untuk menyambut petunjuk Allah agar kita mendapat rahmatNya dengan surgaNya yang seluas langit dan bumi. “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhan-mu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa”. (QS. Ali Imran(3): 133). Saudaraku, bahkan suatu saat kita merasakan sangat menikmati kebiasaan dan perbuatan yang sangat jauh dari ajaran Islam serta kita merasa sangat puas dengan keadaan tersebut. Lebih parah lagi kita tidak memperdulikan orang lain yang penting aku merasa enjoy, tidak peduli dengan kata orang, karena aku menikmatinya, nafsuku telah terpuaskan disini. Demikianlah kepandaian syetan dalam menghias kemaksiatan sehingga nampak indah dimata manusia, dan mengubah kebaikan menjadi satu keburukan. “.....Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”. (QS. Al Baqarah(2): 216). Ya Allah hindarkan hati ini dari kegelapan dan merasa cukup sehingga mematikan hati ini untuk terus mencari kebenaran dan selalu merindu akan cahayaMu.
Saudaraku, hidup dunia ini adalah sebuah bekal yang nantinya menentukan keberadaan dan ketinggian status kita dihadapan Allah, amal di dunia akan sangat menentukan kehidupan akherat kita. Sebagai seorang mahasiswa teknik, marilah kita mencoba menghitung probabilitas untung rugi bila kita mempersiapkan akherat kita.
Kita andaikan “akherat tidak ada”, bila kita berbuat baik dan sesuai dengan Islam, maka kita tidak akan pernah merasa rugi untuk menjadi orang baik, semua orang akan mengenal kita sebagai orang yang berperilaku baik, dengan syarat kita mengamalkan Islam secara benar. Sekarang bila kita berbuat buruk dan selalu menyimpang dari ajaran Allah dan selalu bermaksiat kepadaNya, maka semua orang akan membenci dan mencela kita, mereka akan mengenal kita sebagai orang yang berperilaku dan berkarakter buruk. Maka mana yang menguntungkan ?. Demikian bila “akherat benar adanya”, maka kita akan menempati tempat yang semua manusia dari berbagai usia, suku dan agama menginginkannya yaitu Surga, maka kita akan untung besar karena kita akan hidup kekal selamanya di sana. “Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai dibawahnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan,”Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu”. Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka didalamnya ada istri-istri yang suci dan mereka kekal di dalamnya”. (QS. Al Baqarah(2): 6). Sekarang Apabila kita berbuat kemaksiatan dan keburukan, perbuatan kita menyimpang dari islam, memang satu sisi kita menyaksikan mereka seakan bebas untuk melakukan berbagai hal untuk memuaskan nafsunya tanpa peduli melanggar ketentuan Allah. Namun kebebasan itu hanya bersifat semu dan sementara, sedangkan siksaannya teramat berat dan kekal. “Janganlah sekali-kali kamu terperdaya oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak di dalam negeri. Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka ialah Jahannam; dan jahannam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya”. (QS. Ali Imran(3): 196-197). Kebenaran akherat tentunya akan memberikan konsekuensi atas perbuatan kita, bagi orang yang bermaksiat kepada Allah akan menemui satu hal yang lebih mengerikan di akherat, yaitu siksaan api neraka yang akan terus menyiksa kita sebagai balasan amal di dunia kita, dan itu berlangsung kekal. Mana yang menguntungkan ?. Renungkan wahai saudaraku, kehidupan ini sementara saja, seakan baru kemarin kita lahir didunia, namun hari ini usia kita telah mencapai 20-an tahun, sudahkah kita hitung perbuatan dan amalan kita ?
Ditengah kesibukan kita mencari ilmu dalam perkuliahan, pernahkah kita meneliti perbekalan kita untuk menuju tujuan manusia, yaitu akherat. Cukupkah kita mengandalkan nilai A, IPK 4,00 atau sederet aktivitas kita di berbagai organisasi, atau sederet nama dan kegiatan yang pernah kita lakukan. Saudaraku jangan kita merasa cukup atas apa yang telah kita lakukan, kita tidak mengetahui apakah amalan kita mampu memenuhi kriteria sebagai amalan yang diterima Allah, atau bahkan amalan kita hanya menjadi rentetan amalan rusak yang menjadi onggokan sampah tidak berguna karena telah terkotori oleh rasa ujub, riya’ dan terlengkapi dengan kesombongan agar dipuji oleh manusia atau bahkan kita beramal agar mendapat kehormatan, agar mendapat julukan tertentu dan sebagainya yang berorientasi selain kepada Allah, Naudzubillah.
Saudaraku, hari ini kita telah melalui satu rentetan waktu dari usia kita, pernahkah kita merenung dan sejenak berhenti untuk melihat kompas kita, menyesuaikan arah tujuan kita, apakah kita masih dalam rute perjalanan panjang kita dalam upaya menggapai keridhaanNya ataukah jalan ini adalah jalan yang keliru dan menghantarkan kita pada satu jurang dan keadaan yang sangat nista serta hina dihadapan Allah. Kadang kita merasa bahwa jalan hidup yang telah kita pilih adalah jalan yang paling benar dan sesuai dengan tujuan kita, bahkan terkadang kita merasa telah menunaikan kewajiban kita sebagai hambaNya, namun hal yang sesungguhnya kita masih teramat jauh dengan jalan kebenaran dan ajaran dari Allah, Rabb yang Maha mengetahui tentang ciptaanNya.
Suatu saat ketika satu petunjuk datang dan menyentuh hati kita, sebagai wujud kasih sayang Allah kepada hambaNya terkadang kita merasa canggung dan ragu untuk menerimanya, bisikan syetan merasuki perasaan kita sehingga mengubah petunjuk itu sebagai satu hal yang belum siap untuk diterima sehingga muncul ucapan dari mulut dan hati kita, “Benar ya Allah apa yang Engkau sampaikan melalui saudaraku, namun aku merasa belum sanggup untuk menunaikan itu semua, aku masih terlalu banyak kekurangan dan dosa, mungkin ketika tiba waktunya aku akan melaksanakan perintahMu secara sempurna dan menyambut seruanMu dengan segera”. Namun pernahkah kita tahu kapan petunjuk itu datang lagi ?, atau mungkin sebelum petunjuk itu datang kita telah dipanggil untuk mempertanggungjawabkan amal kita, status almarhum/mah telah kita sandang. Seharusnya kita bersegera untuk menyambut petunjuk Allah agar kita mendapat rahmatNya dengan surgaNya yang seluas langit dan bumi. “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhan-mu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa”. (QS. Ali Imran(3): 133). Saudaraku, bahkan suatu saat kita merasakan sangat menikmati kebiasaan dan perbuatan yang sangat jauh dari ajaran Islam serta kita merasa sangat puas dengan keadaan tersebut. Lebih parah lagi kita tidak memperdulikan orang lain yang penting aku merasa enjoy, tidak peduli dengan kata orang, karena aku menikmatinya, nafsuku telah terpuaskan disini. Demikianlah kepandaian syetan dalam menghias kemaksiatan sehingga nampak indah dimata manusia, dan mengubah kebaikan menjadi satu keburukan. “.....Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”. (QS. Al Baqarah(2): 216). Ya Allah hindarkan hati ini dari kegelapan dan merasa cukup sehingga mematikan hati ini untuk terus mencari kebenaran dan selalu merindu akan cahayaMu.
Saudaraku, hidup dunia ini adalah sebuah bekal yang nantinya menentukan keberadaan dan ketinggian status kita dihadapan Allah, amal di dunia akan sangat menentukan kehidupan akherat kita. Sebagai seorang mahasiswa teknik, marilah kita mencoba menghitung probabilitas untung rugi bila kita mempersiapkan akherat kita.
Kita andaikan “akherat tidak ada”, bila kita berbuat baik dan sesuai dengan Islam, maka kita tidak akan pernah merasa rugi untuk menjadi orang baik, semua orang akan mengenal kita sebagai orang yang berperilaku baik, dengan syarat kita mengamalkan Islam secara benar. Sekarang bila kita berbuat buruk dan selalu menyimpang dari ajaran Allah dan selalu bermaksiat kepadaNya, maka semua orang akan membenci dan mencela kita, mereka akan mengenal kita sebagai orang yang berperilaku dan berkarakter buruk. Maka mana yang menguntungkan ?. Demikian bila “akherat benar adanya”, maka kita akan menempati tempat yang semua manusia dari berbagai usia, suku dan agama menginginkannya yaitu Surga, maka kita akan untung besar karena kita akan hidup kekal selamanya di sana. “Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai dibawahnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan,”Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu”. Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka didalamnya ada istri-istri yang suci dan mereka kekal di dalamnya”. (QS. Al Baqarah(2): 6). Sekarang Apabila kita berbuat kemaksiatan dan keburukan, perbuatan kita menyimpang dari islam, memang satu sisi kita menyaksikan mereka seakan bebas untuk melakukan berbagai hal untuk memuaskan nafsunya tanpa peduli melanggar ketentuan Allah. Namun kebebasan itu hanya bersifat semu dan sementara, sedangkan siksaannya teramat berat dan kekal. “Janganlah sekali-kali kamu terperdaya oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak di dalam negeri. Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka ialah Jahannam; dan jahannam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya”. (QS. Ali Imran(3): 196-197). Kebenaran akherat tentunya akan memberikan konsekuensi atas perbuatan kita, bagi orang yang bermaksiat kepada Allah akan menemui satu hal yang lebih mengerikan di akherat, yaitu siksaan api neraka yang akan terus menyiksa kita sebagai balasan amal di dunia kita, dan itu berlangsung kekal. Mana yang menguntungkan ?. Renungkan wahai saudaraku, kehidupan ini sementara saja, seakan baru kemarin kita lahir didunia, namun hari ini usia kita telah mencapai 20-an tahun, sudahkah kita hitung perbuatan dan amalan kita ?
Ditengah kesibukan kita mencari ilmu dalam perkuliahan, pernahkah kita meneliti perbekalan kita untuk menuju tujuan manusia, yaitu akherat. Cukupkah kita mengandalkan nilai A, IPK 4,00 atau sederet aktivitas kita di berbagai organisasi, atau sederet nama dan kegiatan yang pernah kita lakukan. Saudaraku jangan kita merasa cukup atas apa yang telah kita lakukan, kita tidak mengetahui apakah amalan kita mampu memenuhi kriteria sebagai amalan yang diterima Allah, atau bahkan amalan kita hanya menjadi rentetan amalan rusak yang menjadi onggokan sampah tidak berguna karena telah terkotori oleh rasa ujub, riya’ dan terlengkapi dengan kesombongan agar dipuji oleh manusia atau bahkan kita beramal agar mendapat kehormatan, agar mendapat julukan tertentu dan sebagainya yang berorientasi selain kepada Allah, Naudzubillah.
0 komentar:
Posting Komentar