Jumat, 03 Juli 2009

Nasihat untuk para pemuda umat ini.. ikhwan wal akhwat

Kalian adalah cita-cita dan harapan bangsa, dan kami mengetahui bahwa dalam diri kalian ada kebaikan yang besar, karena itu rasakanlah selalu wahai para pemuda apa yang sedang dialami oleh umat dan bangsa ini akan kehinaan, penindasan, realita yang menyedihkan, kondisi yang memilukan tidak menjanjikan akan kebebasan dan kemerdekaan yang diidamkan. Dan sadarilah, bahwa karena kalian lambat dalam bertobat dan kembali kepada Allah, menjadi sebab lambatnya kebenaran yang muncul di permukaan. Dan karena kalian bermalas-malasan dalam mengerahkan tenaga dan fikiran dalam berdakwah pada kebenaran dan reformasi; maka menjadi penyebab lambatnya kemenangan umat kalian; karena Allah telah menjanjikan kepada kita kekuatan, kemuliaan dan kemenangan jika kita melaksanakan perintah-Nya dan komitmen dengan syariat-Nya.

Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ

“Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”. (Muhammad:7)

Ketahuilah wahai para pemuda Islam, bahwa kebahagiaan di dunia dan akhirat berada di jalan ketulusan dan dakwah kepada Allah serta dengan selalu menjalin komunikasi yang baik dan pembawa sumber cahaya kepada umat baik dari para duat, orang-orang shalih, ulama, pemberi nasihat dan Ikhwan yang jujur.

Wahai para pemuda Muslim di segala penjuru

Kalian harus menjadi contoh yang memberikan pengaruh dalam kehidupan umat dan negeri kalian, kalian harus memiliki peran positif dalam melakukan perubahan terhadap kondisi yang memilukan ini; menuju realita yang lebih diridhai karena Allah, rasul-Nya dan orang-orang beriman, dan benarlah ungkapan di bawah ini:

يا معشر الشباب، اعملوا.. فإنما العمل في الشباب

“Wahai para pemuda, bekerjalah… karena sesungguhnya kerja itu ada dalam diri pemuda”.

Wahai para pemuda umat…

Jika saat ini kalian tidak mampu menguasai diri kalian, tidak mau bersungguh-sungguh mengendalikan syahwat dan kecenderungan kalian, malah untuk mengerahkan tenaga pada umur yang baik kalian demi tegaknya aqidah, negeri dan masa depan umat kalian, kapan lagikah hal itu terjadi?!

Karena itu kemarilah bersama kami, kemarilah bersama kami wahai para pemuda… agar kita bisa berbuat dan bekerja bersama-sama membuat fajar baru, mengembalikan bersama-sama untuk mengembalikan kemuliaan yang dinanti-nantikan yang sedang dinanti-nantikan.

Wahai para pemuda generasi Islam kembalilah # Kalian adalah ruhnya dan dengan kalian akan menjadi pemimpin

Kalian adalah rahasia kebangkitan yang telah lama hilang # Dan kalian adalah fajarnya yang membawa cahaya baru

Berjalanlah, karena kalian adalah bak kuda dan hatinya # Sinarilah bumi dengan membawa citra dan cahaya

Berjalanlah dengan membawa berkah Allah dan menyebarlah # Kami akan menjadi telinga yang siap mendengar dan mata yang siap melihat

Ingatkanlah kepada kami hari-hari telah lewat # Sungguh kami telah lupa akan waktu dan usia

Kami menginginkan para pemuda untuk menentang pemerintah thogut dan musuh-musuh kaum muslimin

saya adalah seorang muslim yang berusaha menyelamatkan dunia # Menuju cahaya, keimanan dan bahagia

Sungguh ironi terhadap ujian yang menimpa umat ini # Yang telah jauh dari jalan Pemberi hidayah

Allohumma a'izzal islam wal muslimin...Allohumma a'izzal islam wal muslimin...Allohumma a'izzal islam wal muslimin...

Allah Maha Besar dan segala puji hanya milik Allah

(dikutib dari Catatan Syahid El-Hafidz As-Sundawi)

Hidup sejuk dalam ramadhan --- di masjid hatiku terkait--

“Seolah ibadah terhenti setelah ramadhan” itulah satu kalimat yang menggambarkan betapa gairah ibadah dalam bulan ramadhan adalah satu gambaran ideal kehidupan. Didalamnya ada kepasrahan, kejujuran, keikhlasan dan kepedulian sesama. Ramadhan adalah gambaran fitrah kehidupan manusia, dan ritual ramadhan adalah simbol penuh makna dengan sejuta hikmah.

Dan bulan itu datang lagi kepada kita...

Adalah suatu pengharapan yang wajar manakala kita menginginkan ramadhhan selalu ada dimana-mana dan ramadhan bisa datang kapan saja. Menginginkan ramadhan adalah hari-hari kita selanjutnya. Biarkan ramadhan selalu ada dalam rajab, dzulhijjah, sya’ban, dan ramadhan juga melingkupi april, mei,, juni, juli, agustus,.....

Keinginan itu adalah keinginan fitrah manusia yang selalu mendambakan kesejukan. Seperti ketika para sahabat nabi menangis menjelang ramadhan berakhir. Mereka berharap hikmah ramadhan juga turun pada bulan-bulan selain ramadhan.

Ramadhan adalah “upacara masal” yang didalamnya masing-masing manusia diajak untuk menelusuri relung-relung jiwanya yang paling dalam. Diajak untuk mengerti dan berintrospeksi terhadap laku diri dan laku sosialnya.

Adalah juga ramadhan yang secara sadar mengantarkan manusia pada suatu mobilitasi massa untuk bersama-sama merenungi hakikat kemanusiaan dan kebersamaan. Ramadhan mengajak kita untuk tidak egois dan mementingkan diri sendir sementara saudara kita yang lain patut untuk diperhatikan.

Aspek keberhasilan dari kehidupan sosial yang baik adalah cermin dari keberhasilan ramadhan, atau dengan kata lain keberhasilan dari ibadah ramadhan bisa diukur dari kepedulian kita terhadap sesama.

Mendambakan ramadhan yang sejuk dan berkepedulian dalam setiap aspek kehidupan adalah mustahil tanpa tahu makna dari simbolisasi ramadhan. Bahkan bisa jadi ramadhan malah akan ‘menjebak’ manusia. Tidak mustahil manusia hanya akan mendapatkan lapar dan dahaga belaka.
Semoga kita dihindarkan dari hal tersebut. Dan semoga kita menjumpai ramadhan dalam sebelas bulan yang lain.

Dosamu siapa yang mengampuni...?

Siapa yang bisa menjamin dirinya masuk syurga?
siapa yang bisa menjamin diri sendiri bebas dari adzab neraka?
siapa yang bisa mastiin dirinya sendiri kalau masa depan dia akan dapat kesempatan bertobat dan berbuat baik?
ada?

ada? ada? ada?

Jawabannya sangat simpel. yang semua anak TK bisa menjawabnya.

taukan!

jawabannya ga ada yang bisa JAMIN...!!!

Kita sebetulnya mengetahui kalau semua jawaban dari pertanyaan diatas adalah, "tidak ada!"

Tapi, kenapa sampai sekarang kita masiiiihhh aja sibuk dengan dosa dan maksiat kita. Parahnya lagi, kadang-kadang kita tau kalau yang mau kita lakukan ini dinilai dosa. Dan, kita masih saja berdalih didalam batin, "ah... 'kan pahala gue lebih banyak daripada dosa-dosa gua. 'kan dengan sholat dosa kecil tuh bisa ilang. 'kan dengan sedekah, dosa-dosa maksiat sedikit demi sedikit bisa berkurang. ya ga brow...?"

Kalau kita lihat, itu-itu aja alasan kita utarakan untuk berani ngelakuin dosa. "ah... mau maksiat dulu ah... tadi 'kan biz shalat jama'ah..." ih...! emangnya dengan alasan begitu bisa bebas dari siksa kubur? Wallahu a'lam!

Memang benar, dosa kecil bisa diampuni dengan shalat 5 waktu. Memang benar dosa kecil bisa berkurang dengan sedekah. Tapi apa benar, Allah mau nerima alasan kita maksiat lantaran amalan kita terlalu banyak...!!!

Sedangkan Allah 'Azza wajjalla sangat menekankan untuk menjaga diri dan keluarga dari api neraka...!

Jangan sampai menganggap menjadi orang yang taat adalah "monotone"

Jangan sampai merasa jadi orang yang taqwa adalah "membosankan"

Jangan sampai merasa memiliki kesempatan lebih untuk bermaksiat, lantaran punya persediaan pahala yang begitu melimpah. Shahabat saja mengeluh pada Rasulullah karena merasa dirinya adalah orang yang munafiq. Padahal beberapa shabat telah dijamin masuk syurga, tapi selalu takut akan dosa.
Lantas, hebat bener orang yang merasa punya kesempatan untuk bertobat dimasa depan, padahal tak ada referensi apapun yang mengatakan ia akan dijamin masuk syurga.

Memang menjadi orang yang taqwa dianggap sebagai hal yang "monoton", "wagu", "ga seni", "mbosenin" atau istilah lain yang memancing orang lain untuk menuruti langkah-langkah syaithan!
sampai-sampai orang yang taat itu menjadi orang asing, orang yang langka, yang jarang ditemui dibanyak tempat. Mereka selalu berusaha memelihara diri dari segala kemaksiatan dan dosa. Mereka selalu berhati-hati, apakah yang diperbuat adalah dosa atau mungkin maksiat.

ya Allah... lindungi kami dari dosa yang kami lakukan ya Allah... atau dosa yang kami lakukan dengan sedar, maupun dosa yang kami lakukan tanpa sengaja dan khilaf atau dosa yang engkau lebih mengetahuinya. Ampuni kami...

اللهم انت ربي، لا اله الا انت، خلقتني، و انا عبدك، وانا علي عهدك و وعدك مستطعت، اعوذبك من شر ما صنعت، ابوؤ لك بنعمتك علي، و ابوؤ بذنبي فغفرلي، فإنه لا يغفر الذنوب إلا انت

"ya Allah engkau adalah Rabb-ku, tiada tuhan selain dirimu, engkau telah menciptakanku, dan aku adalah hambamu, dan aku berada dalam perjanjianku padaMu dan perjanjianMu dalam batas kemampuanku, aku berlindung kepadamu dari perilaku yang buruk, aku akui nikmatMu atasku, dan aku akui dosa-dosaku terhadapMu maka ampunilah aku, sesungguhnya tiada yang dapat mengampuni dosaku selain engkau..."

Apa Kabar Saudaraku fillah.......................

Apa kabar saudaraku? Bagaimana keadaan imanmu hari ini? Bagaimana pula kabar imanmu hari ini? Karena engkau pasti tahu bahwa yang menjadi ukuran kita selamat di Yaumil Akhir nanti adalah tingkat amal kita di dunia.

Pernahkah engkau mengingat kematian wahai saudaraku? Karena kematian menjadi kepastian; tanah menjadi tempat pembaringan; munkar dan nankir menjadi tamu; kuburan menjadi tempat tinggal; perut bumi menjadi tempat menetap; kiamat menjadi janji yang pasti; surga dan neraka menjadi tempat kembali.

Pernahkah terbersit difikiranmu? Tatkala manusia dikumpulkan dipadang mahsyar?
Pernahkah terbersit difikiranmu wahai saudaraku, tatkala disana matahari sangat dekat di ujung kepala? Rasulullah SAW bersabda : “Di hari kiamat nanti matahari akan mendekati manusia, sehingga jaraknya hanya satu mil. Manusia akan berada dalam keringatnya masing-masing sesuai dengan amal perbuatannya. Ada yang keringatnya sampai mata kaki, ada yang sampai lutut, ada yang sampai setengah badan dan ada yang tenggelam sampai mulutnya.”

Saudaraku…
Pernahkah engkau membayangkan tentang neraka?
Tentang kegelapa neraka yang sangat pekat?
Rasulullah bersabda : “Api neraka dinyalakan seribu tahun hingga memerah, kemudian dinyalakan lagi seribu tahun hingga memutih dan dinyalakan lagi seribu tahun hingga menghitam. Dan jadilah neraka itu gelap pekat.”

Saudaraku…
Pernahkah engkau membayangkan tentang minuman ahli neraka?
Allah berfirman “… dan dia akan diberi minuman dengan air nanah, di minumkannya air nanah tersebut…” (Q.S Ibrahim : 16)
Rasulullah bersabda : “Ketika didekatkan kemulutnya maka mulutnya terpanggang dan kulit kepalanya terkelupas. Dan ketika dia meminumnya, maka terputuslah ususnya sehingga minumannya keluar dari duburnya”

Saudaraku…
Cukuplah cerita tadi bagi kita, karena keadaan sesungguhnya pastilah lebih mengerikan!

Maafkan aku saudaraku, karena membuat hatimu gelisah oleh cerita itu.
Tapi karena kecintaanku padamu karena ALLAH SWT, maka aku ceritakan pula. Aku hanya ingin kita menjadi orang-orang yang selamat dari keburukan-keburukan itu.

Saudaraku…
Yang aku harapkan hanyalah agar kita selalu waspada terhadap kematian dengan jalan perbaiki diri tentunya. Dan pada saatnya nanti, kita menjadi orang yang siap mengahadap’Nya.

“ Rabbana atina fid dun-yaa hasanataw wa fil aakhiratihasanataw waqinaa ‘adzaabannar” (Q.S Al-Baqarah : 210)

Ya Rabb kami, berilah kami kebaikan didunia dan kebaikan di akhirat; dan periharalah kami dari siksa neraka. AMIN.

wahai saudaraku........ ingatlah

Saudaraku fillah,
Lihatlah detik kian berlalu, hari-hari berganti siang dan malam ,matahari terus bersinar tiada bosan dan bumi pun berputar pada porosnya tiada henti, bulan dan bintang tak jemu menghiasi keindahan malam hari, semua itu berjalan atas ketentuan dari ilahi dan akan terus berjalan sampai batas waktu yang ditentukan-Nya.

Saudaraku karena Allah,
Beranjak dari kehidupan ini, manusia lahir dan tumbuh berkembang, hidup kemudian mati sesuai kodrat Allah yang Maha Kuasa, yang kemudian menjadi catatan sejarah yang kadangpun manusia tiada belajar dari sejarah itu. Berapa banyak manusia yang menutup lembaran kehidupannya dengan sia-sia dan tiada guna di akhirat, berapa banyak pula kisah-kisah yang disodorkan kepada kita melalui kalam-Nya yang mulia, terkadang pun kita sebagai manusia lengah akan hal itu pula.
Kita sebagai khairu ummatin yang dilahirkan ke atas bumi, sebagai ummatun wahidah, sebagai penyeru 'amar ma'ruf nahi munkar dan sebagai mukmin yang mengharap keridhaan-Nya agar bisa memperoleh jannatunna'im, harus menyadari akan makna, hakikat, ibrah dari kehidupan yang singkat ini. Mukmin yang sejati, merasai hidup ini adalah perjuangan, penuh halangan dan rintangan, tetapi ia selalu tabah menghadapinya, ujian yang ia rasai hanyalah ia anggap nikmat dari-Nya bukan azab.

Saudaraku...............
Kadangkala kita lengah akan hidup yang kita jalani, kadangkala tak berada di jalan yang lurus, sifat-sifat syaithani telah merusaki niatan kita, melemahkan azzam dan membelokkannya dari jalan yang lurus. Rasa iri, riya, dengki dan hasad telah menutupi hati kita dari kebersihannya untuk berjuang di jalan-Nya.
Semakin kotor hati kita, semakin pula kusam dan pekat hati kita, kegelapan yang ada menyertai. Dan cahaya ilahi pun sirna oleh kehitamannya. Nur itu yang menunjukki dan membimbing kita ke jalan lurus, sirna oleh kotornya hati kita.
Jika dahulu cahya itu menerangi kalbu kita, sehingga kita selalu tersenyum tatkala bertemu wajah dengan saudara seiman, tetapi lihatlah sekarang, cahaya yang sirna telah membuat hati kita hasad, bertemu saudarapun hanya cibiran
wajah yang terlihat.

Saudaraku karena Allah,
Jika cahaya itu juga menerangi kalbu kita, sehingga senantiasa kita rajin melaksanakan qiyamullail dan terasa nikmat tatkala kita bermunajah di malam yang sepi, sirnanya nur di hati membuat kita enggan melaksanakannya lagi
bahkan kita merasa berat. Kita merasa sudah melaksanakan kewajiban 5 waktu, walaupun telat, sunnah tak perlu kita lakukan lagi. Masya Allah.
Kotornya hati telah membuat malas untuk beribadah, untuk tilawah, untuk shaum sunnah yang selalu di anjurkan junjungan kita, Rasullah s.a.w. Do'a iftitah (pembuka) di dalam sholat kita, inna sholati wannusuki wa mahyaya
wamamaati lillahi rabbil 'alamin (...sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah tuhan semesta alam..) tak pernah terealisasi dalam hidup kita. Kita sering melanggar, melawan bahkan lupa mengingati-Nya.
Tapi kita tak mau disebut orang yang durhaka, munafik kepadaNya, lalu kita ini apa ? menyatakan janji tapi tak pernah menepati ?

Saudaraku........,
Sirnanya cahaya di hati itu pula telah membuat kita sering melawan dan membangkang
kepada ibu, ayah kita. Mereka yang selama ini mendidik dan membimbing kita menjadi anak yang berguna, kini melawan. Kuasa apa kita ini, mereka kini semakin tiada berdaya dan lemah menghadapi perlakuan kita yang tiada benar di hadapan mereka. Ibu kita sering menangis, ayah kita semakin murung. Mereka sering bertanya dalam hati, anak yang telah dikandung selama -+ 9 bulan, kini tiada guna, anak yang telah disusui selama -+ 2 tahun kini membuang habis kasih sayang yang selama ini telah diberikannya.

Wahai saudaraku,
sirnanya cahaya telah membuat dan menjadikan kita seperti itu.

Saudaraku karena Allah,
Hari ini, marilah kita bertaubat, kembali kepada-Nya dan memohon ampun atas segala dosa dan kekotoran hati kita, mohon maaflah kepada ayah dan ibu kita, nyatakan kita cinta dan sayang mereka. Semoga kita menjadi hamba-Nya yang berserah diri.
Semoga jannatunna'im, haruman Raihan dan manisnya telaga salsabila kelak akan kita peroleh. amin. Hadiyanallah wa iyyakum ajmain. Afwan.

Renungkanlah Wahai SaudaraQ...........

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang sampai hari ini masih diberikan kesempatan kepada ruh ini tetap menyatu dengan jasad sehingga kita bisa beraktivitas dan melakukan berbagai kegiatan sebagai hambaNya.

Saudaraku, hari ini kita telah melalui satu rentetan waktu dari usia kita, pernahkah kita merenung dan sejenak berhenti untuk melihat kompas kita, menyesuaikan arah tujuan kita, apakah kita masih dalam rute perjalanan panjang kita dalam upaya menggapai keridhaanNya ataukah jalan ini adalah jalan yang keliru dan menghantarkan kita pada satu jurang dan keadaan yang sangat nista serta hina dihadapan Allah. Kadang kita merasa bahwa jalan hidup yang telah kita pilih adalah jalan yang paling benar dan sesuai dengan tujuan kita, bahkan terkadang kita merasa telah menunaikan kewajiban kita sebagai hambaNya, namun hal yang sesungguhnya kita masih teramat jauh dengan jalan kebenaran dan ajaran dari Allah, Rabb yang Maha mengetahui tentang ciptaanNya.
Suatu saat ketika satu petunjuk datang dan menyentuh hati kita, sebagai wujud kasih sayang Allah kepada hambaNya terkadang kita merasa canggung dan ragu untuk menerimanya, bisikan syetan merasuki perasaan kita sehingga mengubah petunjuk itu sebagai satu hal yang belum siap untuk diterima sehingga muncul ucapan dari mulut dan hati kita, “Benar ya Allah apa yang Engkau sampaikan melalui saudaraku, namun aku merasa belum sanggup untuk menunaikan itu semua, aku masih terlalu banyak kekurangan dan dosa, mungkin ketika tiba waktunya aku akan melaksanakan perintahMu secara sempurna dan menyambut seruanMu dengan segera”. Namun pernahkah kita tahu kapan petunjuk itu datang lagi ?, atau mungkin sebelum petunjuk itu datang kita telah dipanggil untuk mempertanggungjawabkan amal kita, status almarhum/mah telah kita sandang. Seharusnya kita bersegera untuk menyambut petunjuk Allah agar kita mendapat rahmatNya dengan surgaNya yang seluas langit dan bumi. “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhan-mu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa”. (QS. Ali Imran(3): 133). Saudaraku, bahkan suatu saat kita merasakan sangat menikmati kebiasaan dan perbuatan yang sangat jauh dari ajaran Islam serta kita merasa sangat puas dengan keadaan tersebut. Lebih parah lagi kita tidak memperdulikan orang lain yang penting aku merasa enjoy, tidak peduli dengan kata orang, karena aku menikmatinya, nafsuku telah terpuaskan disini. Demikianlah kepandaian syetan dalam menghias kemaksiatan sehingga nampak indah dimata manusia, dan mengubah kebaikan menjadi satu keburukan. “.....Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”. (QS. Al Baqarah(2): 216). Ya Allah hindarkan hati ini dari kegelapan dan merasa cukup sehingga mematikan hati ini untuk terus mencari kebenaran dan selalu merindu akan cahayaMu.
Saudaraku, hidup dunia ini adalah sebuah bekal yang nantinya menentukan keberadaan dan ketinggian status kita dihadapan Allah, amal di dunia akan sangat menentukan kehidupan akherat kita. Sebagai seorang mahasiswa teknik, marilah kita mencoba menghitung probabilitas untung rugi bila kita mempersiapkan akherat kita.
Kita andaikan “akherat tidak ada”, bila kita berbuat baik dan sesuai dengan Islam, maka kita tidak akan pernah merasa rugi untuk menjadi orang baik, semua orang akan mengenal kita sebagai orang yang berperilaku baik, dengan syarat kita mengamalkan Islam secara benar. Sekarang bila kita berbuat buruk dan selalu menyimpang dari ajaran Allah dan selalu bermaksiat kepadaNya, maka semua orang akan membenci dan mencela kita, mereka akan mengenal kita sebagai orang yang berperilaku dan berkarakter buruk. Maka mana yang menguntungkan ?. Demikian bila “akherat benar adanya”, maka kita akan menempati tempat yang semua manusia dari berbagai usia, suku dan agama menginginkannya yaitu Surga, maka kita akan untung besar karena kita akan hidup kekal selamanya di sana. “Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai dibawahnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan,”Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu”. Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka didalamnya ada istri-istri yang suci dan mereka kekal di dalamnya”. (QS. Al Baqarah(2): 6). Sekarang Apabila kita berbuat kemaksiatan dan keburukan, perbuatan kita menyimpang dari islam, memang satu sisi kita menyaksikan mereka seakan bebas untuk melakukan berbagai hal untuk memuaskan nafsunya tanpa peduli melanggar ketentuan Allah. Namun kebebasan itu hanya bersifat semu dan sementara, sedangkan siksaannya teramat berat dan kekal. “Janganlah sekali-kali kamu terperdaya oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak di dalam negeri. Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka ialah Jahannam; dan jahannam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya”. (QS. Ali Imran(3): 196-197). Kebenaran akherat tentunya akan memberikan konsekuensi atas perbuatan kita, bagi orang yang bermaksiat kepada Allah akan menemui satu hal yang lebih mengerikan di akherat, yaitu siksaan api neraka yang akan terus menyiksa kita sebagai balasan amal di dunia kita, dan itu berlangsung kekal. Mana yang menguntungkan ?. Renungkan wahai saudaraku, kehidupan ini sementara saja, seakan baru kemarin kita lahir didunia, namun hari ini usia kita telah mencapai 20-an tahun, sudahkah kita hitung perbuatan dan amalan kita ?
Ditengah kesibukan kita mencari ilmu dalam perkuliahan, pernahkah kita meneliti perbekalan kita untuk menuju tujuan manusia, yaitu akherat. Cukupkah kita mengandalkan nilai A, IPK 4,00 atau sederet aktivitas kita di berbagai organisasi, atau sederet nama dan kegiatan yang pernah kita lakukan. Saudaraku jangan kita merasa cukup atas apa yang telah kita lakukan, kita tidak mengetahui apakah amalan kita mampu memenuhi kriteria sebagai amalan yang diterima Allah, atau bahkan amalan kita hanya menjadi rentetan amalan rusak yang menjadi onggokan sampah tidak berguna karena telah terkotori oleh rasa ujub, riya’ dan terlengkapi dengan kesombongan agar dipuji oleh manusia atau bahkan kita beramal agar mendapat kehormatan, agar mendapat julukan tertentu dan sebagainya yang berorientasi selain kepada Allah, Naudzubillah.

saudaraku... bersiaplah menyambut datangnya KEMATIAN

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji bagi Allah Ta’ala yang berada di atas langitNya, yang telah menjadikan mati dan hidup sebagai satu tanda diantara tanda-tanda kekuasaanNya. Shalawat dan salam semoga terlimpahkan atas Muhammad penghulu orang-orang yang berbakti, pemilik mukjizat yang nyata, demikian pula kepada keluarganya, dan juga para sahabatnya yang shidiq dan memiliki jiwa yang suci. Amma ba’du
Saudaraku, telah diriwayatkan bahwa seorang badwi berjalan mengendarai ontanya. Namun tiba-tiba ontanya tersungkur dan mati. Maka turunlah orang tersebut dan mengitari ontanya sambil terbengong lalu bertanya-tanya “mengapa kamu tak mau berdiri? mengapa kamu tak mau bangkit? anggota badanmu masih sempurna! tubuhmu masih utuh! apa yang terjadi atas dirimu? apa yang sedang menimpa dirimu? apa yang bisa membuatmu bangkit? apa yang membuatmu tersungkur jatuh? apa yang menghalangimu untuk bergerak?! kemudian ia tinggalkan ontanya sedang ia masih berfikir tentangnya.
Saudaraku..... itulah kematian...sesungguhnya ia telah menghancurkan hamba...penyebab kosongnya negara...menjadikan yatimnya anak-anak...menghinakan orang-orang sombong yang sewenang-wenang...tidak peduli usia muda...tidak peduli rakyat atau pejabat...tidak mentolelir orang yang berkasta...pedangnya senantiasa terhunus bagi manusia...tombaknya senantiasa mengarah menghunjam dada..dan panahnya tak luput dari hati yang jadi sasarannya...
Berita yang telah sampai kepada kita, namun seakan kita menutup mata.
Saudaraku..... betapa banyak kematian telah melukai hati...menimbulkan kesusahan...teramat sulit untuk digambarkan! terlampau ngeri untuk dibayangkan! tidak diketahui rahasianya oleh makhluk...tiada yang mengetahui selain Yang Maha Mengetahui segala keburukan dan kejahatan..Tabaraka wa Ta’ala Yang Maha Suci..
Saudaraku..... secawan kematian lebih pahit dari labu! tiada yang mengetahui rasanya melainkan yang telah mengalaminya! Maka kita serahkan kepada orang yang telah mengalaminya untuk bercerita.
Ketika kematian menjemput Amru bin ‘Ash Radhiyallahu ‘Anhu, putranya berkata, “wahai ayah, anda pernah berkata, “sesungguhnya aku heran terhadap seseorang yang diambang kematiannya, sedangkan akalnya masih lekat lisannyapun masih sehat namun bagaimana dia tidak mau bercerita?” Maka Amru bin ‘Ash berkata, “Wahai anakku, kematian itu terlalu sulit untuk dikatakan! akan tetapi baiklah, aku ceritakan sedikit tentangnya, demi Allah sekan-akan diatas pundakku ada gunung Radhwa dan Tihamah..seakan aku bernafas dengan lubang jarum...seakan di perutku ada duri yang runcing..dan langit seakan menghimpit bumi, sedangkan aku berada di antara keduanya...”
Saudaraku..... Alangkah terbakarnya hati ketika ia tahu betapa banyak orang yang telah meneguk secawan kematian tiap harinya! Saudaraku..... tidakkah anda berkenan untuk berdo’a bersamaku dengan hati yang tulus:
اللهم هون علينا سكرات الموت يوم تطوى صحائفنا وتنقضي أيامنا برحمتك يا راحم المستعيذين بك..وواهب المخطئين لعفوك..
“Ya Allah, ringankanlah atas kami sakaratul maut ketika Engkau menutup lembaran hidupku, ketika Engkau menyudahi hari-hariku..dengan rahmatMu wahai Yang merahmati orang-orang yang memohon perlindungan kepadaMu..dan Maha mengampuni orang-orang bersalah yang memohon ampunanMu..”
Saudaraku..... tidak inginkah jika aku ingatkan akan kelalaianmu? tidak inginkah engkau jika aku menakut-nakuti hatimu? renungkanlah peristiwa kematian yang mengerikan ini!
Umar bin Khathab Radhiyallahu ‘Anhu berkata kepada Ka’ab, “Wahai Ka’ab ceritakanlah kepada kami tentang kematian!” Beliau berkata, Sesungguhnya kematian itu bagaikan pohon berduri yang dimasukkan ke tubuh Anak Adam. Maka bayangkanlah jika setiap duri tersebut bersemayam di dalam daging, kemudian seorang laki-laki yang kuat mencabut duri-duri tersebut dengan hebatnya, maka menjadi rusaklah apa-apa yang di dalamnya.”
Saudaraku..... demi Allah, betapa ngerinya kematian ini! betapa menakutkan kematian ini! Telah diriwayatkan pula bahwa kematian itu lebih menyakitkan daripada tusukan pedang, lebih pedih dari irisan gergaji, lebih perih dari sayatan gunting!
وَجَآءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ذَلِكَ مَاكُنتَ مِنْهُ تَحِيدُ {19}
“Dan datanglah sakaratul maut yang sebenar-benarnya.Itulah yang kamu selalu lari dari padanya.” (QS Qaaf 19)
Benar.. kematian ada sakaratnya! alangkah menakutkan! ketika nyawa ditenggorokan! tatkala mata terbelalak! di saat hati dilanda rasa gentar! sedangkan lisanpun tersendat-sendat! demi Allah..betapa sedihnya saat itu! betapa jiwa tersiksa dengan musibah ketika itu!
Akhi fiillah, bukankah akan menambah takut hati kita tatkala Nabi kita Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memenuhi undangan Rabbnya, beliau berdo’a kepada Allah Ta’ala agar meringankan sakaratul maut?! Inilah Ummul Mukminin ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anhuh bercerita kepada kita. “Di hadapan beliau ada bejana yang berisi air, kemudian beliau masukkan tangannya ke dalamnya lalu membasuhkan kedua tanganya ke wajahnya seraya bersabda: “la ilaha illallahu..sesungguhnya kematian itu ada sakaratnya.” (HR Bukhari)
Dalam riwayat Tirmidzi beliau berdo’a :
اللهم أعني على غمرات الموت وسكرات الموت
“Ya Allah tolonglah aku untuk menghadapi penderitaan tatkala mati dan sakaratnya.”
Saudaraku..... alangkah pedihnya sakaratul maut! alangkah berat penderitannya! maka adakah harapan setelah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang dapat meneguk segarnya secawan kematian?
Bayangkanlah dirimu wahai orang yang lalai, andai sakaratul maut mendatangimu, kegundahanpun mulai menyelimuti kalbumu! sementara disampingmu ada yang berkata,”fulan telah berwasiat, hartanya belum dibagi!” sedang yang lain berkata tentang dirimu,”si fulan teluh kelu lidahnya! dia sudah tidak lagi mengenali tentangganya! tidak bisa berkata untuk saudaranya! sepertinya aku melihatmu masih mendengar, namun tak kuasa untuk menjawabnya! Kemudian menangislah anak-anakmu bagaikan seorang tawanan yang merengek-rengek berkata,”kasihanilah aku wahai ayah! siapa yang akan mengasuhku kelak?! siapa lagi yang akan mencukupi kebutuhanku?!” sedangkan engkau, demi Allah akan mendengar perkataannya, namun tak kuasa untuk menjawabnya!
Saudaraku..... di tengah suasana seperti hari ini, hendaklah engkau menyiapkan bekal...dalam keadaan seperti ini, hendaklah kau tinggalkan pembangkangan dan kerusakan..dan hendaklah engkau bertakwa kepada Rabbul ‘ibad..
Suatu ketika Hasan Al-Bashri Rahimahullah menjenguk orang yang sakit. Beliau mendapatkanya dalam keadan sakaratul maut! beliau memperhatikan kesusahan dan penderitaan yang dialaminya lalu pulang kepada keluarganya dengan wajah yang lain dari wajah tatkala keluar dari rumahnya. Mereka berkata,”Saatnya makan..semoga Allah merahmati anda!” Beliau menjawab “Wahai keluargaku silahkan kalian makan dan minum, demi Allah aku telah melihat sesuatu yang menakutkan, aku akan selalu beramal untukNya hingga hari bertemu denganNya!
Saudaraku..... mereka itulah orang-orang yang shalih.. segera berbekal untuk perjalanan panjang. Sedangkan orang-orang lalai mereka teledor! hingga kematian menyergap mereka! lalu mereka akan mengenyam banyaknya kerugian..panjangnya penderitaan..duhai alangkah gembiranya orang yang mengakhiri hidupnya dengan kebaikan tatkala disambut oleh para malaikat:
الَّذِينَ تَتَوَفَّاهُمُ الْمَلاَئِكَةُ طَيِّبِينَ يَقُولُونَ سَلاَمٌ عَلَيْكُمُ ادْخُلُوا الْجَنَّةَ بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ {32}
“(yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka):"Salaamun'alaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan". (QS An Nahl 32)
Dan firman Allah:
تَحِيَّتُهُمْ يَوْمَ يَلْقَوْنَهُ سَلاَمٌ وَأَعَدَّ لَهُمْ أَجْرًا كَرِيمًا {44}
“Salam penghormatan kepada mereka (orang-orang mu'min itu) pada hari mereka menemui-Nya ialah:"Salam"; dan Dia menyediakan pahala yang mulia bagi mereka.” (QS Al Ahzab 44)
Al Barra’ bin ‘Azib Radhiyallahu ‘Anhu berkata, “Maka malaikat maut akan mengucapkan salam kepada seorang mukmin tatkala hendak mencabut ruhnya, dia tidak akan mencabut ruhnya sebelum mengucapkan salam atasnya.”
Akhi fillah, Manakala telah ditutp lembaran hidup yang fana! keluarlah arwah seorang mukmin yang suci dan diangkatlah ia menghadap Allah Ta’ala..para malaikat muqarrabun mengelilinginya! lalu dibukalah pintu-pintu langit baginya! penduduk langitpun menyampaikan kabar gembira kepadanya dan menyanjungnya! mereka rasakan bau wangi darinya sewangi amal perbuatannya!
Demi Allah! betapa gembiranya ia saat itu...seakan-akan ia berkata “selamat tinggal wahai negeri yang sial dan penuh derita...selamat tinggal wahai tempat kesusahan dan kepayahan..selamat tinggal wahai negeri yang hina..negeri yang memuakkan dan membinasakan..
Saudaraku..... semoga Allah menyelamatkan aku dan juga anda dari segala keburukan, inilah perjalanan arwah yang suci! akan aku beritakan kepada anda bagaimana ia naik ke atas langit sebagaimana yang telah diberitakan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tatkala bersabda :
إِنَّ الْعَبْدَ الْمُؤْمِنَ إِذَا كَانَ فِي انْقِطَاعٍ مِنَ الدُّنْيَا وَإِقْبَالٍ مِنَ الْآخِرَةِ نَزَلَ إِلَيْهِ مَلَائِكَةٌ مِنَ السَّمَاءِ بِيضُ الْوُجُوهِ كَأَنَّ وُجُوهَهُمُ الشَّمْسُ مَعَهُمْ كَفَنٌ مِنْ أَكْفَانِ الْجَنَّةِ وَحَنُوطٌ مِنْ حَنُوطِ الْجَنَّةِ حَتَّى يَجْلِسُوا مِنْهُ مَدَّ الْبَصَرِ ثُمَّ يَجِيءُ مَلَكُ الْمَوْتِ عَلَيْهِ السَّلَام حَتَّى يَجْلِسَ عِنْدَ رَأْسِهِ فَيَقُولُ أَيَّتُهَا النَّفْسُ الطَّيِّبَةُ اخْرُجِي إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٍ قَالَ فَتَخْرُجُ تَسِيلُ كَمَا تَسِيلُ الْقَطْرَةُ مِنْ فِي السِّقَاءِ فَيَأْخُذُهَا فَإِذَا أَخَذَهَا لَمْ يَدَعُوهَا فِي يَدِهِ طَرْفَةَ عَيْنٍ حَتَّى يَأْخُذُوهَا فَيَجْعَلُوهَا فِي ذَلِكَ الْكَفَنِ وَفِي ذَلِكَ الْحَنُوطِ وَيَخْرُجُ مِنْهَا كَأَطْيَبِ نَفْحَةِ مِسْكٍ وُجِدَتْ عَلَى وَجْهِ الْأَرْضِ قَالَ فَيَصْعَدُونَ بِهَا فَلَا يَمُرُّونَ يَعْنِي بِهَا عَلَى مَلَإٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ إِلَّا قَالُوا مَا هَذَا الرُّوحُ الطَّيِّبُ فَيَقُولُونَ فُلَانُ بْنُ فُلَانٍ بِأَحْسَنِ أَسْمَائِهِ الَّتِي كَانُوا يُسَمُّونَهُ بِهَا فِي الدُّنْيَا حَتَّى يَنْتَهُوا بِهَا إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا فَيَسْتَفْتِحُونَ لَهُ فَيُفْتَحُ لَهُمْ فَيُشَيِّعُهُ مِنْ كُلِّ سَمَاءٍ مُقَرَّبُوهَا إِلَى السَّمَاءِ الَّتِي تَلِيهَا حَتَّى يُنْتَهَى بِهِ إِلَى السَّمَاءِ السَّابِعَةِ فَيَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ اكْتُبُوا كِتَابَ عَبْدِي فِي عِلِّيِّينَ وَأَعِيدُوهُ إِلَى الْأَرْضِ فَإِنِّي مِنْهَا خَلَقْتُهُمْ وَفِيهَا أُعِيدُهُمْ وَمِنْهَا أُخْرِجُهُمْ تَارَةً أُخْرَى

“Sesungguhnya seorang hamba mukmin ketika telah terputus dengan kehidupan dunia dan menghadap akherat, maka turunlah kepadanya malaikat dari langit yang berwajah putih berseri laksana matahari! mereka membawa kafan diantara kafan dari jannah dan wewangian diantara wewangian jannah! lalu mereka duduk di sisinya sejauh mata memandang. Lalu datanglah malaikat maut -alaihis salam- hingga dia duduk di atas kepalanya dan berkata “wahai jiwa yang suci keluarlah menuju pengampunan dan keridhaan Allah.” Maka keluarlah ia bagaikan air mengalir dari geriba, lalu malaikatpun mengambilnya. Ketika ia telah mengambilnya maka tidak pernah ia lepaskan dari tangannya walau sekejappun hingga para malaikat (yang dari langit) mengambilnya dan meletakkan ruh itu di atas kain kafan dan wewangian tersebut. Maka keluarlah darinya semerbak bau harum yang lebih wangi dari misk yang didapat di muka bumi.” Beliau melanjutkan, “Maka merekapun membawanya naik ke langit, sehingga tiada mereka melwati malaikat penduduk langit melainkan mereka akan berkata “betapa wanginya ruh ini!” Lalu mereka berkata,”Ini adalah ruh si fulan bin fulan” mereka sebutkan namanya yang paling bagus tatkala dia di dunia, samapi akhirnya mereka sampai ke langit dunia dan mereka meminta agar pintu langit dibuka. lalu terbukalah pintu bagi mereka. Mereka ikut mengantarkannya dari satu langit menuju ke langit berikutnya hingga sampai langit yang ke tujuh. Lalu Allah Azza Wajalla berfirman, “Tulislah ketetapan bagi hambaku ini bahwa ia berada di “illiyyin lalu kembalikanlah ia ke bumi(tanah) karena sesungguhnya Aku menciptakan mereka darinya, dan darinya pula Aku akan mengeluarkan mereka pada kesempatan yang lain.” (HR Ahmad)
Wahai saudaraku, tidakkah anda perhatikan, betapa senangnya jiwa yang suci tatkala bertemu dengan Rabbnya Ta’ala?! Duhai alangkah beruntunganya arwah yang telah berinteraksi dengan Allah di dunia dengan tulus dan ikhlas, lalu ia mendapatkan balasan sebagai shiddiqiin...dalam hal yang demikian ini hendaknya orang-orang segera beramal..
Kemudian wahai saudaraku, telah sampaikah kepada anda bagaimanakah berita arwah yang membangkang Penciptanya ? dia enggan beribadah kepada Allah Ta’ala? Inilah beritanya:
Sungguh Allah Ta’ala akan membalasnya sebagaimana membalas musuh-musuhNya. Disediakan bagi mereka adzab dan siksa yang tak pernah terlupakan oleh hati. Inilah kabar yang dibawa oleh Nabi kita yang jujur Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, tatkala beliau menceritakan kepada kita berita tentang jiwa yang rusak, yang tidak mau menunaikan tugas ibadahnya kepada Allah Ta’ala. Beliau bersabda :

وَإِنَّ الْعَبْدَ الْكَافِرَ إِذَا كَانَ فِي انْقِطَاعٍ مِنَ الدُّنْيَا وَإِقْبَالٍ مِنَ الْآخِرَةِ نَزَلَ إِلَيْهِ مِنَ السَّمَاءِ مَلَائِكَةٌ سُودُ الْوُجُوهِ مَعَهُمُ الْمُسُوحُ فَيَجْلِسُونَ مِنْهُ مَدَّ الْبَصَرِ ثُمَّ يَجِيءُ مَلَكُ الْمَوْتِ حَتَّى يَجْلِسَ عِنْدَ رَأْسِهِ فَيَقُولُ أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْخَبِيثَةُ اخْرُجِي إِلَى سَخَطٍ مِنَ اللَّهِ وَغَضَبٍ قَالَ فَتُفَرَّقُ فِي جَسَدِهِ فَيَنْتَزِعُهَا كَمَا يُنْتَزَعُ السَّفُّودُ مِنَ الصُّوفِ الْمَبْلُولِ فَيَأْخُذُهَا فَإِذَا أَخَذَهَا لَمْ يَدَعُوهَا فِي يَدِهِ طَرْفَةَ عَيْنٍ حَتَّى يَجْعَلُوهَا فِي تِلْكَ الْمُسُوحِ وَيَخْرُجُ مِنْهَا كَأَنْتَنِ رِيحِ جِيفَةٍ وُجِدَتْ عَلَى وَجْهِ الْأَرْضِ فَيَصْعَدُونَ بِهَا فَلَا يَمُرُّونَ بِهَا عَلَى مَلَإٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ إِلَّا قَالُوا مَا هَذَا الرُّوحُ الْخَبِيثُ فَيَقُولُونَ فُلَانُ بْنُ فُلَانٍ بِأَقْبَحِ أَسْمَائِهِ الَّتِي كَانَ يُسَمَّى بِهَا فِي الدُّنْيَا حَتَّى يُنْتَهَى بِهِ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا فَيُسْتَفْتَحُ لَهُ فَلَا يُفْتَحُ لَهُ ثُمَّ قَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ( لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَلَا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى يَلِجَ الْجَمَلُ فِي سَمِّ الْخِيَاطِ ) فَيَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ اكْتُبُوا كِتَابَهُ فِي سِجِّينٍ فِي الْأَرْضِ السُّفْلَى فَتُطْرَحُ رُوحُهُ طَرْحًا ثُمَّ قَرَأَ ( وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَكَأَنَّمَا خَرَّ مِنَ السَّمَاءِ فَتَخْطَفُهُ الطَّيْرُ أَوْ تَهْوِي بِهِ الرِّيحُ فِي مَكَانٍ سَحِيقٍ )

“Sesungguhnya seorang hamba kafir, apabila meningalkan dunia dan menghadap akherat, maka turunlah malaikat langit yang berwajah hitam yang membawa minyak, kemudian mereka duduk sejauh mata memandang. Lalu datanglah malaikat maut hingga dia duduk di sisinya dan berkata, “Wahai jiwa yang busuk! keluarlah engkau menuju kemarahan dan kemurkaan Allah.” Beliau melanjutkan, “Maka berpisahlah ruh dari jasadnya, dia mencabutnya sebagaimana mencabut besi pemanggang daging dari bulu domba yang basah. Kemudian dia mengambil ruh itu. Maka ketika dia telah mengambilnya tidak dia lepaskan dari tangannya walaupun sekejap. Hingga para malaikat (yang dari langit) meletakkannya di tempat yang telah mereka sediakan. Lalu keluarlah darinya aroma bangkai yang paling busuk yang didapatkan di dunia. Kemudian mereka membawanya naik ke atas langit. Tiada mereka melewati para malaikat penduduk langit melainkan mereka berkata, “ruh siapa yang berbau busuk ini?” Maka mereka menjawab, “ini adalah fulan bin fulan” mereka sebut nama panggilannya yang paling buruk di dunia, hingga sampailah mereka ke langit dunia. Lalu mereka meminta agar pintu dibukakan untuk ruh itu, namun tidak dibukakan, kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam membaca ayat: ”...sekali-kali tidak dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lobang jarum.” (QS Al A’raf 40)
Allah Azza Wajalla berfirman,”Tulislah ketetapan bagi hambaKu ini bahwa dia di neraka Sijjiin di bumi yang paling bawah, lalu ruhnya dibuang begitu saja. Kemudian nabi membaca firman Allah : “Barangsiapamempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.” (QS Al Hajj 31) Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad.
Saudaraku..... tidakkah anda perhatikan, bagaimana perjalanan ruh orang yang suu’ul khathimah? semoga Allah melindungi aku dan juga anda dari suu’ul khathimah. Akhi..alangkah celakanya ruh manusia yang ditampik oleh pintu langit..alangkah binasa ruh yang diserahkan kepada malaikat adzab!
وَلَوْتَرَى إِذِ الظَّالِمُونَ فِي غَمَرَاتِ الْمَوْتِ وَالْمَلاَئِكَةُ بَاسِطُوا أَيْدِيهِمْ أَخْرِجُوا أَنفُسَكُمُ الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ بِمَا كُنتُمْ تَقُولُونَ عَلَى اللهِ غَيْرَ الْحَقِّ وَكُنتُمْ عَنْ ءَايَاتِهِ تَسْتَكْبِرُونَ {93}

“Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dala tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata) :"Keluarkanlah nyawamu". Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri ayat-ayat-Nya.” (QS Al An’am 93)
Akhi muslim, hanya ada dua tempat setelah kematian, sama sekali tidak ada tempat yang ketiga. Apakah malaikat Allah yang mendatangimu dengan membawa berita gembira untukmu berupa keridhaan Allah Ta’ala, sehingga hari itu engkau betul-betul bergembira dan bahagia..?ataukah, malaikat yang hitam wajahnya yang datang kepadamu membawa berita buruk berupa kemurkaan Allah dan suu’ul khathimah? alangkah celakanya engkau..alangkah rugiya engkau..!
Saudaraku..... mengapakah kita tidak meneteskan air mata? mengapakah tidak sesak dada kita karenaya? mengapakah tidak terasa sakit sela-sela rusuk kita karena mengingatnya?
Benar...hati kita telah menjadi keras, karat dosa telah menutupinya
Kita mengantarkan mayit...sedangkan hati kita menjadi mayit
Kita mengantarkan mayit...namun tidak mengambil pelajaran dan peringatan
Kita mengantarkan mayit...namun tidak bertanya,”Di manakah kira-kira tempat kembalinya, neraka ataukah jannah?
Kita mengantarkan mayit...namun hati kita mati sebelum jasadnya

Akhi fillah, secawan kematian adalah ketetapan Yang Maha Hidup lagi tidak akan mati, Tabaaraka wa Ta’ala...sadarkah anda bahwa suatu hari engkaupun akan meneguk cawan kematian itu?
Saudaraku..... kematian adalah pemutus segala kelezatan, Nabi saw menyerumu untuk memperbanyak mengingatnya, sebagaimana sabda beliau saw:
أكثروا ذكر هاذم الذات
“Perbanyaklah mengingat pemutus segala kelezatan!” (HR Tirmidzi, Nasa’i dan Nasa’i menshahihkannya :1823)
Tahukah anda, apa makna pemutus segala kelezatan? maknanya adalah penghalangnya dan menghinlangkannya. Benar...kematian menghilangkan kenikamatan..memutus kelezata, namun adakah yang mau mengambil pelajaran?
Saudaraku..... mengingat mati mendorong untuk tulus menerima Allah Ta’ala dan mengikis pengaruh dunia di dalam hati. Ad Daqaaq berkata, “Barangsiapa yang memperbanyak mengingat matai, akan dimuliakan dengan tiga perkara, yakni bersegera untuk bertaubat, qana’ahnya hati, dan rajin dalam beribadah. Sedangkan barangsiapa yang melalaikan kematian niscaya akan ditimpa tiga musibah, yakni menunda taubat, tidak puas dengan apa yang telah didapat dan malas dalam beribadah.”
Saudaraku..... tidakkah anda bergabung ke dalam rombongannya orang-orang yang memiliki bashirah? yang mana kematian adalah syi’ar mereka...muhasabah adalah kebiasaannya..selamat wahai saudaraku bagi yang bergabung bersama mereka! itulah mereka berjalan sedangkan jiwanya penuh dengan nasehat dan peringatan..
Inilah Sufyan Ats Tsauri Rahimahullah, ketika beliau mengingat mati...ketika ditanya tentang suatu hal beliau berkata,”aku tidak tahu! aku tidak tahu! At Taimi Rahimahullah berkata,”Dua perkara yang menghalangiku merasakan lezatnya dunia, mengingat mati dan tatkala berdiri di hadapan Allah Ta’ala
Muhammad bin Waasi’ Rahimahullah setiap kali hendak tidur, beliau berkata kepada keluarganya sebelum berbaring,”selamat tinggal wahai keluargaku, bisa jadi tidurku nii adalah yang terakhir kalinya dan aku tidak bisa bangun lagi!” Kalimat ini menjadi kebiasaan beliau setiap kali hendak tidur.
Saudaraku..... begitulah keadan orang-orang shalih...mereka sadar bahwa suatu hari akan berpisah dengan dunia yang penuh tipu daya ini! selalu ingat bahwa mereka akan segera berangkat...dan mereka persiapkan bekal untuk menempuh perjalanan panjang.
Saudaraku..... wahai yang mengerti tipu daya! kelalaian telah memenuhi hati, hingga tak kau sisakan satu tempatpun untuk mengingat hari yang menakutkan itu.
Saudaraku..... inilah seruanku bagi mereka yang mau mendengar :
Saudaraku, mengapakah engkau lalai padahal telah diberi peringatan?
Mengapakah engkau bimbang padahal telah menyaksikan?
Mengapakan engkau alpha padahal engkau hadir?
Mengapa engkau mabuk padahal tubuhmu sehat?
Mengapa engkau diam padahal engkau sedang mengejar?
Mengapakan engkau berhenti padahal engkau dalam perjalanan?
Adapun sekarang, saatnya yang tidur lelap untuk bangun! saatnya yang lalai untuk segera sadar! ketahuilah bahwa manusia di dunia ini seluruhnya dalam keadaan safar! Maka beramallah dengan apa yang dapat menyelamatkanmu di hari kebangkitan dari neraka saqar.
Inilah saatnya untuk berjalan, maka hendaknya engkau waspada
Tiada yang lebih berharga dari waspada
Jangan terpedaya hari ini atau besoknya
Seringkali orang yang lalai dalam bahaya
Saudaraku..... bukankah mengerankan jika setiap hari kita mengantarkan mayit, namun tidak tergerak hati kita karenanya? tidak ada rasa takut atau khawatir? Bahkan seakan kematian tidak menimpa melainkan mayit itu saja! Saudaraku..... betapa buruknya kelalaian ini! betapa busuk dan menjijikkannya keteledoran ini! itulah yang membutakan hati, tiada yang lebih buruk darihati yang buta:

فَإِنَّهَا لاَتَعْمَى اْلأَبْصَارُ وَلَكِن تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ {46}
“Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.” (QS Al Hajj 46)
Ar Rabi’ bin Barrah berkata, “Aku heran dengan manusia, bagaimana mereka lupakan kejadian yang pasti terjadi? mereka lihat dengan matanya, mereka menyaksikannya, dan hatipun meyakininya, mengimaninya, dan membenarkan apa yang dikabarkan oleh para Rasul, namun kemudian mereka lalai dan mabuk dengan senda gurau dan permainan.”
Saudaraku..... mengingat mati adalah obat paling mujarab bagi penyakit lalai! Duhai alangkah ironis jika hal itu tak mampu mengobati sakitmu, lantas obat apalagi yang dapat menyembuhkanmu? atau jampi manakah lagi yang akan menyelamatkanmu!? Saudaraku..... sungguh kelalaian adalah seburuk-buruk penutup! teledor adalah seburuk-buruk busana..barangsiapa yang mengenakannya berkumpullah kepadanya macam-macam penyakit.
Saudaraku..... jika urusan dunia menyibukkanmu, maka ingatlah kematian...sesungguhnya engkau tengah dalam perjalanan...dan sekali-kali tidak akan kau dapatkan cambuk yang lebih ampuh bagi nafsu dari mengingat mati! ia adalah cambuk yang melindungi hati orang-orang shalih...yang dapat membiasakan mereka untuk menurut...tunduk berjalan di atas ketaatan! dan...membuat mereka takut tatakala dekat dengan kemaksiatan dan dosa! maka renungkanlah wahai orang yang melalaikan kematian dan sakaratnya, kesulitan dan juga kepahitan rasanya! cukuplah kematian membuat hati bersedih, air mata menetes, menghancurkan kelezatan dan memutuskan angan-angan.
Adakah engkau telah merenung wahai anak Adam? hari di mana engkau akan mati dan akan berpindah dari tempatmu hari ini? dan akan berpindah dari kelapangan menuju tempat yang teramat sempit? teman-teman setiamu akan mengkhianatimu! saudara dan teman-temanmu akan meninggalkanmu! engkau akan diangkat dari kasur dan selimutmu menuju liang lahat! selimutmu yang tadinya halus dan lembut akan ditukar dengan tanah dan lumpur! wahai yang menumpuk harta dan berlomba meninggikan bangunan! demi Allah, tiada harta yang engkau miliki nantinya selain kafan! bahkan, demi Allah, itupun adalah jatah bagi kuburan dan akan musnah, sedangkan jasadmu adalah bagian bagi bumi dan ulat tanah! kemanakah larinya harta yang dahulu engkau kumpulkan? dapatkah ia menyelamatkan dirimu dari keadaan ini? sekali-kali tidak...dia tinggalkan dirimu dan mengabdi kepada orang yang tak mau berterima kasih kepadamu! kemudian akan engkau laporkan dosa-dosamu kepada yang tidak akan memberikan udzur kepadamu!! (Imam Al Qurthubi).
Saudaraku..... sesungguhnya panjang angan-angan adalah biang semua penderitaan ini! setiap kali waktu pagi tiba, ketika manusia bangun dari tidurnya, dan mengusap matanya, ketika itu pula mereka terikat oleh angan-angan!
Ya Allah... sungguh kita tidur bersama angan-angan, berselimut angan-angan dan berbantalkan angan-angan! padahal, jikalau ada yang berusia tua, bukan berarti yang lebih muda darinya terhalang bagi datangnya ajal! mautpun tak mau kompromi bagi mereka yang masih berusia muda!

Adakah engkau ingin kekal dan tiada musnah?
Demi Allah kematian telah mengirimkan utusannya
Seakan kuingin menyumbatmu dengan tanah
Tiadalah suatu apapun yang kau wariskan bagi manusia

Saudaraku..... mengingat mati adalah obat mujarab bagi penyakit panjang angan-angan. Telah datang seorang wanita kepada ibunda ummul mukminin ‘Aisyah Radhiayhu ‘Anha mengadukan akan kerasnya hati yang ia rasakan. Maka ibunda ‘Aisyah Radhiyallau ‘Anha berkata, Perbanyaklah mengingat mati niscaya hilang penyakit di hatimu!” Akhirnya wanita itupun mengerjakan wejangan itu dan hilnglah penyakit di hatinya, lalu ia datangi kepada ibunda ‘Aisyah untuk mengucapkan terima kasih kepadanya.
Saudaraku..... tiada seorangpun yang panjang angan-angannya dan gandrung dengan dunia yang fana, melainkan dia akan menghabiskan hari-harinya di dunia tidak untuk ketaatan kepada Allah..dia sia-siakan waktu dan umurnya, terbuai dengan mimpi dan angan-angan.
Hasan Al Bashri berkata Rahimahullah, “Tiada seorangpun yang panjang angan-angannya melainkan pastilah buruk amal-amalnya.”
Saudaraku..... marilah kita bergabung dengan para salaf yang hendak mengajari kita tentang apakah panjang angan-angan itu?!
Ketika bertemu antara seorang yang memiliki hati yang mukmin yang tengah menunaikan shalat, dengan teladan bagi orang-orang yang zuhud bernama Ma’ruf Al Karkhi Rahimahullah. Tatkala itu Ma’ruf iqomah untuk shalat lalu berkata kepada Muhammad bin Abi Taubah, “silahkan anda maju (untuk menjadi imam-pent). Maka Muhammad menjawab: “sesungguhnya, jika aku shalat bersama kalian kali ini, nantinya aku tidak bisa shalat bersama kalian lagi (barangkali karena ketika itu beliau dalam keadaan safar, sehingga tidak mau menjadi Imam, wallahu a’lam-pent) mendengar jawaban itu, ma’ruf berkata, “Apakah terlintas di hatimu bahwa anda masih bisa menunaikan shakat setelah shalat kali ini? na’udzu billah, kami berlindung diri kepada Allah dari panjangnya angan-angan yang menghalangi amal kebaikan.”
Saudaraku..... telah berapa lama dunia ini berlalu? berapa banyak sudah generasi yang telah binasa?
Saudaraku..... berapa hari yang telah engkau lalui? berapa bulan yang telah engkau lampaui?berapa tahun sudah engkau jalani hidup ini?
Saudaraku..... berapa banyak saudara dan handai taulanmu yang telah mati dan berada di liang lahat?
Saudaraku..... berapa kali engkau mengingat mati selama sekian hari, sekian bulan dan sekian tahun yang telah engkau lalui?
Saudaraku..... berapa kali pernah terlintas di hatimu bahwa engkau akan mati hari ini atau besok?
Saudaraku..... berapa waktu yang telah engkau buang sedangkan engkau masih saja berangan-angan? Namun sudahkah tercapai angan-anganmu? Jika memang sudah, sangupkah hal itu menghentikan angan-anganmu yang lain?
Saudaraku..... ingatlah..kemudian ingatlah...hendaknya engkau camkan nasehat ini, “Seorang hamba pastilah akan bertemu dengan Rabbnya dan rumah tempat tinggalnya, maka semestinya dia mencari keridhaan Rabbnya sebelum menjumpainya, dan mengisi rumahnya sebelum menempatinya” (Ibnul Qayyim)
Saudaraku..... dialah kematian! tamu yang tiada diharapkan kehadirannya...peristiwa yang tak disukai terjadinya...teman dekat yang tidak dicari...pemutus segala kelezatan...merusak perkumpulan..dan menghancurkan angan-angan..
Saudaraku..... hendaknya engkau waspada! adakah yang lebih berharga dari waspada? tiada yang tersisa selain amal shalih, itulah bekal yang paling utama..sebaik-baik teman di hari pembalasan..dan tamanmu di hari kematian...kawan setiamu disaat manusia meninggalkanmu di kubur.. “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.”(QS Ali Imran 102)

Sosok Bidadari, Sosok Sederhana

Beribu nasehat telah diucap, berjuta perintah telah tersirat. Tetapi tetap saja banyak yang gugur ditelan gemerlap dunia. Semua gemerlap akan sirna oleh sosok bidadari yang hidup dengan kesederhanaan.
Kini, banyak kita jumpai orang yang hidup dalam kesempitan, sabar dengan ujian, dan tabah dalam menjalani seraya mendekatkan diri pada Rabb-Nya. Namun, setelah keadaan berubah, sempit menjadi lapang, derita menjadi bahagia, semua kebutuhan hidup terpenuhi; namun banyak yang tidak siap dengan perubahan tersebut. Tidak sadar bahwa gemerlap dunia telah menjebaknya.

"Sesungghnya dunia itu manis dan menawan dan Allah mengangkatmu sebagai khalifah di dalamnya sehingga Allah dapat memperhatikan perbuatanmu. Oleh karena itu waspadalah terhadap dunia, hati-hatilah terhadap wanita karena sesungguhnya fitnah pertama yang menimpa Bani Israil adalah kaum wanita." (HR. Muslim).

Kedudukan, harta senantiasa bersanding dengan wanita. Misalnya di keluarga, kedudukan wanita sangat berpengaruh baik kedudukannya sebagai pendamping suami maupun dalam pemeliharaan harta suami. Seperti kisah rumah tangga Umar Abdul Azis ra dengan Fatimah binti Abdul Malik ra kemewahan berubah menjadi kesederhanaan. Sebelum Umar menerima amanat kekhalifahan, dia terkenal dengan gaya hidup yang serba mewah. Istana megah, pakaian sutra, permata, dan parfum yang seharga satu rumah pun dimilikinya. Semua berubah dengan seketika. Akal pikiran, hati dan perasaannya telah tergugah, karena hakikat pengawasan Allah telah hidup dalam jiwanya.

Dengan gaya hidupnya yang baru, Umar bertekad untuk meniti kehidupan dengan serba sederhana. Dia pun segera mengungkapkan keinginannya pada Fatimah, "Sesungguhnya harta yang kita miliki serta yang dimiliki oleh saudara-saudaramu berasal dari hartanya kaum muslimin. Aku bertekad akan mengembalikannya pada mereka. Dan, jika Adinda tidak sabar pada kesempitan hidup setelah kekuasaan, maka pulanglah ke rumah ayahmu." Mendengar itu Fatimah segera menepis, "Saya tidak akan menyertai Kakanda dalam keadaan senang lantas meninggalkan Kakanda dalam keadaan susah. Saya ridha dengan apa yang Kakanda ridhai."

Kemudian semua hartanya didermakan dan kini yang dimilikinya hanya permata peninggalan ayah Fatimah. Umar pun kembali bertanya, "Wahai Fatimah engkau tahu bahwa dulu permata itu diambil oleh ayahmu dari kaum muslimin dan lantas dia hadiahkan kepadamu. Sesungguhnya aku tidak suka permata itu tinggal dirumahku. Karena itu, pilihlah antara mengembalikan permata itu ke Baitul Maal atau engkau izinkan aku untuk menceraikanmu." Fatimah pun kembali memenuhi permintaan suaminya, "Demi Allah, tentu aku akan memilihmu daripada permata ini, bahkan berlipat-lipat dari yang kumiliki."

Dengan kesederhanaanlah Umar dan Fatimah mulai mengikuti realita kehidupan sebenarnya. Sang khalifah mulai memerdekakan budak, mengembalikan seluruh harta yang dimiliki ke Baitul Maal. Begitu juga dengan Fatimah mulai menanggalkan permata yang dipakainya. Mereka lebih memilih tinggal di rumah yang sangat sederhana. Dengan kata lain, mereka dengan sikap kesederhanaannya berhasil menghancurkan belenggu kemewahan yang mengikat jiwanya dan mematahkan jembatan yang mengantarkan pada fitnah dunia.

Fatimah dalam hal ini bisa disebut sosok bidadari yang turun ke bumi. Sebab ia berani melepaskan semua kemewahan dunia dan lebih memilih hidup sederhana bersama suami yang justru setelah mendapat amanat besar sebagai khalifah. Juga memilih kesederhanaan sebagai jalan hidupnya. Begitu halnya dengan sosok Aisyah ra Ummul Mukminin. Kezuhudan terhadap dunia menjadi teladan bagi umat. Hampir tidak ada harta di tangannya. Dia bagikan seluruh hartanya kepada kaum-kaum miskin. Di antara kedermawanannya adalah membagikan seratus ribu dirham, sementara ia sendiri dalam keadaan shaum. Umar bin Zubair ra juga pernah mengisahkan kedermawanan dan kesederhanaan Aisyah, "Aku pernah melihat Aisyah membagi-bagikan harta sebanyak tujuh ratus ribu dirham sementara dia sendiri menjahit bajunya."

Subhanallah, merenungi kedua kisah di atas betapa mulianya sosok Fatimah dan Aisyah. Ya, dengan kesederhanaannya menjadikan mereka sosok bidadari yang turun ke bumi. Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita mengikuti jejak Fatimah dan Aisyah? Siapkah kita tanggalkan semua kemewahan dunia hingga kita siap menyandang gelar bidadari?

Dalam buku Tamasya ke Surga, Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah mengisahkan tentang bidadari surga. Mereka itu adalah wanita suci yang menyenangkan dipandang mata, menyejukkan dilihat, dan menentramkan hati. Jadi bidadari adalah wanita shalehah yang senantiasa tawadhu, tidak bermewah-mewah dengan keindahan dunia, bersikap sederhana. Seandainya berperan sebagai istri maka ia taat kepada suaminya, menjaga harta suami, mendidik anak-anaknya dan memotivasi agar istiqamah dalam membela agama Allah.

"Tidakkah mau aku kabarkan kepada kalian tentang sesuatu yang paling baik dijadikan bekal seseorang? wanita yang baik (shalihah); jika dilihat suami ia menyenangkan; jika diperintah ia mentaatinya; dan jika suami meninggalkannya ia menjaga diri dan harta suaminya." (Diriwayatkan Abu Daud dan An-Nasai).

Wahai muslimah, kisah di atas mewakili dari sebagian kisah para sahabiyah, begitu juga dengan untaian riwayat yang tersirat. Namun, apalah artinya sebuah kisah bila kita tidak bisa mengambil ibrah. Dan apalah artinya seuntai riwayat jika kita tidak mau belajar darinya. Untuk itu selamat berjuang, siapkan diri menjadi sosok bidadari, sosok yang menapaki kehidupan dengan kezuhudan, dan kesederhanaan.

AKU

Kadang manusia tidak berpikir dan tidak menggunakan akal sehatnya, untuk apa hidup ini dan kenapa manusia diciptakan. Adakalanya kita tak terasa hanya kepuasan materilah yang ingin diraih. Dan kadang tak terasa kita monomer satu-kan diri kita sendiri. Hanya kata “AKU”-lah yang dapat mengalahkan semuanya. Kalau kata “AKU” sudah muncul maka kemampuan emosilah yang akan mengiringi-nya. Kebencian dan kemampuan itulah yang menjadi landasan hidup untuk melihat kesalahan serta kekurangan orang lain.
Kehebatan dan keperkasaan seseorang tidak diukur dari pengakuan atau perasaan diri tentang “AKU”. Kehebatan seseorang hanyalah dilihat dari kemampuan untuk melihat yang lebih hebat dari kita.dan kadang kita tidak mampu melihat orang lain atau kelebihan orang. Hanya kekurangan-lah yang menjadi nomor satu untuk melihat orang lain. Walaupun kita berdo’a siang malam untuk memohon “Semoga kita dihindarkan dari hal-hal yang demikian”, tetapi kalau tidak dibiasakan sedari sekarang hal-hal yang demikian itu masih saja sering muncul dan kadang hanya suatu pujian-lah yang dapat memuaskan semuanya.
Dalam suatu riwayat Rosulullah sendiri benci bahkan tidak menyukai suatu pujian. Hal ini dikarenakan kita tak terasa dapat masuk ke jurang kesombongan. Walaupun julukan atau orang sering menyebut kata sombong, dan orang menjauhkan kata itu. Tapi kadang kita tak terasa sudah berbuat hal itu. Wallahu A’lam bii Shawab.

Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan SOMBONG, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung. (QS. 17:37)

Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah Timur dan Barat itu suatu kebaktian, akan tetapi sesungguhnya kebaktian itu ialah beriman kepada Allah, Hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang SABAR dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa. (QS. 2:177)

Allah bersama orang-orang yang sabar dan berserah diri pada-Nya

Ya Alllah ampunilah hamba-Mu ini yang setiap detik, setiap waktu tak terasa tlah berbuat dosa. Ridloilah setiap langkah-langkahku

By : Fatma As